Bagian kedua dan ketiga, terdapat di dalam kompleks keraton. Di bagian ini, terdapat koleksi alat-alat upacara mitoni, acara tujuh bulan kehamilan keluarga raja, senjata-senjata kuno seperti keris, clurit, pistol, pedang, bahkan semacam samurai dan baju besi untuk perang. Yang menarik, pada bagian yang menyimpan tentang alat-alat meracik jamu ramuan Madura, pengunjung museum juga bisa membeli jamu ramuan Madura kepada pemanduyang menyertai pengunjung sejak berada di museum luar
.
Menurut Hasan (40), pemandu wisata, kegiatan meracik jamu Madura dengan menggunakan alat-alat seperti yang ada di museum, sampai sekarang masih dilakukan. Meski tidak banyak yang melakukan, tradisi peninggalan leluhur itu, sampai kini masih tetap dijaga kelestariannya.
Museum dalam juga menyimpan koleksi-koleksi, seperti Al Qur’an yang ditulis Sultan Abdurrahman, guci dan keramik dari Cina, sampai fosil tulang ikan paus yang terdampar di perairan Sumenep pada tahun 1977.
Tidak jauh dari keraton, terdapat Mesjid Agung Sumenep yang tidak kalah indah dengan keraton. Mesjid yang dulu dikenal dengan nama Mesjid Jamik ini, arsitekturnya juga perpaduan antara Islam, Cina, dan Eropa. Tak mengherankan bila arsitektur Mesjid Agung sama dengan Keraton Sumenep karena mesjid ini juga dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo pada tahun 1763.
Di beberapa bagian mesjid, dapat dijumpai ukir-ukiran dan kaligrafi. Karena begitu luasnya, tak jarang Mesjid Agung dijadikan tempat menginap bagi wisatawan luar kota.
Selasa, 30 November 2010
Ramuan Madura
Posted by Magnificent Chicariboel on 20.53
0 komentar:
Posting Komentar