aAsteroid-asteroid kecil yang memasuki atmosfer Bumi namun tidak  pernah sampai jatuh ke tanah, ternyata dapat saja mendatangkan dampak  mematikan.
Sebab, asteroid-asteroid tersebut mungkin dikira  ledakan nuklir oleh negara-negara yang peralatannya tidak mampu  menunjukkan perbedaan antara suatu benda angkasa dan rudal musuh, kata  para ilmuwan AS.
Satu peristiwa seperti itu terjadi pada 6 Juni  lalu, ketika satelit-satelit AS memberikan peringatan dini yang  mendeteksi suatu kilatan cahaya di atas Mediterania (kawasan Laut  Tengah).
Kilatan itu mengindikasikan adanya pelepasan energi  besar seperti anergi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, kata  Brigadir Jenderal AD AS Simon Worden, di hadapan sidang DPR AS yang  membahas isu ruang angkasa dan aeronautika, akhir pekan lalu.
Kilatan cahaya tersebut terjadi, ketika sebuah asteroid mungkin  berdiameter 10 meter jatuh ke lapisan atmosfer Bumi, menghasilkan  gelombang kejut yang akan mengguncang setiap kapal yang berlayar di  kawasan tersebut dan mungkin menyebabkan kerusakan kecil, kata Worden.
Sedikit pemberitahuan diberikan mengenai peristiwa tersebut pada saat  itu, tapi Worden mengatakan jika itu terjadi selama beberapa jam  sebelumnya dan berlangsung di atas India dan Pakistan, akibatnya mungkin  mengerikan.
''Menurut pengetahuan kami, tidak satu pun dari  negara-negara itu memiliki sensor canggih yang dapat menentukan  perbedaan antara objek dekat Bumi (NEO) alami, seperti asteroid, dan  suatu ledakan nuklir,'' tambahnya.
619 Objek
''Kepanikan yang timbul di negara-negara bermusuhan yang masing-masing  punya senjata nuklir bisa pecah dan menyulut perang nuklir yang kita  hindari selama lebih dari separo abad,'' kata dia, pada sebuah komisi  DPR yang menyidik risiko dari asteroid atau objek lain yang mungkin  membentur Bumi.
''Pada saat Capitol Hill (Kongres AS) Putih  sibuk membicarakan Presiden Saddam Hussein dan ancaman potensial Irak  karena bisa menguasai senjata pemusnah massal, kita perlu mencatat bahwa  ada objek-objek di luar angkasa yang mungkin mengarah ke Bumi, yang  mengandung begitu banyak kekuatan destruktif sehingga membuat Saddam  Hussein tampak menjadi faktor tidak berbahaya pada kehidupan kita,''  kata Dana Rohrabacher dari Partai Republik, California, yang menjabat  sebagai ketua sidang itu, kepada peserta sidang.
Para pakar  astronomi telah lama prihatin atas kerusakan akibat asteroid dan komet.  Sejak 1998 NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa AS) telah  mengidentifikasi 90 persen dari seluruh NEO - objek-objek berdiameter  satu kilometer atau lebih - pada 2008.
Kepala bidang ilmu ruang  angkasa NASA, Ed Weiler, mengatakan pada komisi tersebut bahwa para  ilmuwan telah mengidentifikasi 619 objek yang diduga asteroid besar dan  berbahaya, yang sekitar separo pakar astronomi yakin asteroid-asteroid  itu ada di sekitar Bumi.
Jenis asteroid besar tersebut membentur  Bumi beberapa kali setiap jutaan tahun, dan ketika itu terjadi,  menyebabkan bencana regional. 
Sebaliknya, asteroid berdiameter  4,8 kilometer yang disebut penyebab kiamat - seperti diyakini orang  telah memusnahkan dinosaurus - membentur Bumi sekali setiap sepuluh juta  tahun atau lebih.
Dua Kali Setahun
Salah satu yang menyebabkan kilatan cahaya di atas Mediterania pada Juni  lalu, mungkin asteroid berukuran sebesar mobil, dan tidak berbahaya  bagi Bumi. Asteroid seperti itu memasuki atmosfir dua kali sebulan.
Namun asteroid-asteroid berukuran berkisar dari 30 meter sampai ratusan  meter dapat menyebabkan kerusakan serius, termasuk menimbulkan  gelombang kejut yang luar biasa atau tsunami jika asteroid itu jatuh di  laut, yang menyebabkan bencana meluas jika tsunami terjadi dekat pantai  berpenduduk.
Asteroid berukuran kecil tidak menjadi bagian  penelitian NASA, dan Worden berpendapat yang kecil-kecil itu mungkin  lebih baik menjadi peran Angkatan Udara AS untuk melacaknya.
Menurutnya, juga penting untuk memberikan peringatan dini mengenai  benda-benda angkasa yang memasuki Bumi kepada negara-negara lain yang  tidak memiliki teknologi tersebut.
Worden mengatakan, Amerika  Serikat negara satu-satunya di dunia yang memiliki kemampuan dalam waktu  kurang satu menit untuk menentukan apakah sebuah objek angkasa yang  meluncur ke Bumi adalah asteroid atau bom.
Negara itu  menghabiskan sekitar empat juta dolar AS (sekitar Rp 36 mi-liar) setahun  untuk melacak asteroid dan komet, tapi sangat sedikit strategi yang  menjauhkan asteroid dan komet itu dari Bumi, kata para ilmuwan bulan  lalu.(rtr-ben-30) 
sumber : suaramerdeka.com